Jumat, 01 Januari 2016

Mengenal Hama Kutu Daun (Aphis gossypii)


Aphis gossypii (Glover) (Hemiptera: Aphididae) merupakan serangga fitofag kosmopolitan yang dapat ditemukan di wilayah  tropis, subtropis dan temperata. Spesies ini ditemukan di negara Yunani, Inggris, Gambia, Kenya, Lebanon, New Guinea, Pakistan, Thailand, Suriname, Brazil, Filippina, dan Serbia. Gossypii menyerang 11 famili tumbuhan endemik dan 7 famili tumbuhan indigenous di 2 kepulauan Hawai USA. A. gossypii yang diketahui kosmopolitan dapat ditemukan di agroekosistem dataran rendah Sumatera Selatan.


Kutu (Aphids) mengeluarkan cairan manis yang disebut (honeydew) yakni zat lengket seperti gula (mirip pada buah melon). Untuk memenuhi kebutuhan protein, si kutu menyerap sejumlah besar getah (tanaman) dan mengeluarkan kelebihan karbohidratnya. Maka dari itu sangat dianjurkan tidak memberikan pupuk tanaman secara berlebihan, supaya kutu tidak bisa dapat makanan.

Sedikitnya ada 4.400 spesies dari 10 keluarga kutu (Aphid) yang telah diketahui. Secara historis, keluarganya jauh lebih sedikit, karena sebagian besar species termasuk ke dalam keluarga Aphidae. Sekitar 250 spesies merupakan hama serius bagi pertanian dan hutan.

Hasil survai di beberapa lokasi sentra sayur kota Palembang menunjukkan bahwa  kutu daun dapat menyebabkan tanaman kerdil, daun keriting, menggulung dan mozaik. Pada kasus yang ekstrim, kutu daun yang berkoloni dapat mengugurkan daun dan buah . Kutu daun dapat menusukkan bagian mulutnya ke daun, tunas dan batang, lalu mengisap nutrisi tumbuhan inang. Tunas-tunas yang dimakan daunnya menjadi terganggu. Pada kepadatan yang tinggi, kutu daun dapat menyebabkan  tanaman menjadi kerdil dan layu.  Kerusakan pada ujung tumbuhan dapat mengurangi jumlah bunga. Kutu daun tidak hanya mengisap sari makanan tanaman, tetapi juga sebagai agen penyebar penyakit virus. Penggunaan insektisida oleh petani menyebabkan kutu daun menjadi resisten dan mematikan musuh alaminya. Agroekosistem yang baik, yaitu banyak ditemukan musuh alami kutu daun, namun karena tanaman semusim konservasi musuh alami di agroekosistem sayur sulit dilakukan.

Menurut Hochberg & Ives (2000) konservasi agen-agen biologi kontrol pada tanaman pangan monokultur semusim sulit dilakukan, karena lingkungan habitat musuh alami seperti predator terganggu. Perubahan pola tanam dengan pertanian organik dapat membantu konservasi musuh alami. Faktor yang mempengaruhi perkembangan populasi Kutu daun adalah keberadaan musuh alami seperti predator, parasitoid dan entomopatogen. Sebaiknya mempertahankan musuh alami kutu daun diperantarai dengan cara memanipulasi habitat sekitar tanaman budidaya. Keanekaragam tumbuhan yang berada di sekitar tanaman budidaya mempengaruhi kehadiran predator dan parasitoid kutu daun.

Pola perkembangan populasi kutu daun pada 3 varietas kopi arabika membentuk garis yang tidak jauh berbeda letak penambahan jumlah populasinya. Semakin bertambah hari populasi kutudaun hanya bertambah 1 sampai 2 ekor saja per tanamannya, bahkan ada tanaman yang berkurang jumlah populasinya. Hal ini dapat membuktikan bahwa kutu daun bukan merupakan hama utama dalam pembibitan kopi arabika, walaupun keberadaannya pada tanaman kopi arabika juga merugikan petani. Hal ini disebabkan karena kutu daun mempunyai siklus tahunan yang khas yaitu tidak membentuk serangga jantan, yang disebut partenogenesis. Embrio telah berkembang dalam badan induknya dan nimfa dilahirkan oleh induknya (vivipar). Seminggu kemudian nimfa tersebut menjadi imago dan siap melahirkan nimfa baru. Sebagian dari nimfa yang dilahirkan nantinya akan membentuk serangga bersayap dan tidak bersayap. Bentuk serangga bersayap inilah yang nantinya akan memencar ke benih tanaman lain yang ada di sekitar perbenihan kopi di rumah kaca, sehingga populasinya yang berinang pada pembibitan kopi arabika sedikit.

Klasifikasi dari  kutu daun

Kingdom           : Animalia
Phylum             : Arthropoda
Kelas                : Insekta
Ordo                 : Hemiptera
Famili               : Aphididae
Genus               : Aphis
Spesies                        Aphis gossypii

Bioekologi
Secara umum kutu berukuran antara 1-6 mm, tubuh lunak, berbentuk seperti buah pear, pergerakan rendah dan biasanya hidup secara berkoloni (bererombol). Perkembangan optimal terjadi pada saat tanaman bertunas. Satu generasi berlangsung selama 6-8 hari pada suhu 25ºC dan 3 minggu pada suhu 15ºC.Secara visual, bentuk dan ukuran spesies-spesies kutu daun ini serupa. 


Gejala Serangan dan Morfologi Kutu daun (A. gossypii)
Kutu daun (A. gossypii) berkoloni di bawah permukaan daun atau di sela-sela daun kopi, Kutu daun (A. gossypii) menyebabkan tanaman kopi menjadi kerdil, daun keriting menggulung, dan mozaik. Pada kasus yang ekstrim, kutu daun (A. gossypii) yang berkoloni dapat menggugurkan daun. Kutu daun (A. gossypii) dapat menusukkan bagian mulutnya ke daun dan batang, lalu mengisap nutrisi tumbuhan inang sehingga tunas-tunas yang dimakan daunnya menjadi terganggu. Pada kepadatan yang tinggi, kutu daun (A. gossypii) menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan layu. Kerusakan pada ujung tumbuhan menyebabkan jumlah bunga menjadi berkurang. Kutu daun (A. gossypii) tidak hanya mengisap sari makanan tanaman, tetapi juga sebagai vektor virus.

Warna kutu daun (A. gossypii) hijau tua sampai hitam atau kuning coklat. Umumnya aphids tidak bersayap, tetapi kadang yang dewasa mempunyai sayap transparan (tembus cahaya). Kutu daun (A. gossypii) biasa menularkan penyakit pada tanaman. Di dataran rendah tropis, perkembangan kutu daun sangat subur, terutama pada waktu permulaan musim kemarau. Tunas-tunas muda pun banyak dikerumuni aphids. Aphids mengeluarkan kotoran embun madu sehingga mengundang cendawan jelaga, kutu daun juga mengekskresikan embun madu. Adanya embun madu yang dikeluarkan dapat dilihat dengan terdapatnya semut atau embun jelaga yang berwarna hitam. Munculnya embun jelaga ini menyebabkan permukaan daun tertutupi sehingga akan menghambat proses fotosintesis.

Siklus hidup kutu daun dimulai dari telur yang menetas pada umur 3 sd 4 hari setelah diletakan. Telur menetas menjadi larva dan hidup selama 14 s.d 18 hari dan berubah menjadi imago. Imago kutu daun mulai bereproduksi pada umur 5 sd 6 hari pasca perubahan dari larva menjadi imago. Imago kutu daun dapat bertelur sampai 73 telur selama hidupnya.

Pengendalian
Adapun beberapa metode populer yang digunakan untuk membasmi kutu daun adalah sebagai berikut:
1.     Metode paling sederhana membasmi kutu daun adalah dengan menyemprot tanaman menggunakan air. Jika Anda memiliki tanaman dalam pot yang diletakkan di dalam rumah, bawa keluar pot kemudian semprot tanaman dengan air. Lakukan pemyemprotan setiap hari hingga tanaman terbebas dari kutu daun.
2.     Anda dapat membuat semprotan cabe untuk mengendalikan kutu daun. Siapkan 3 – 4 cabai, beberapa siung bawang putih, dan satu liter air. Masukkan semua bahan ke dalam blender. Setelah halus, larutkanke dalam air untuk kemudian disemprotkan ke tanaman yang terjangkiti kutu daun.
3.     Anda dapat menggunakan predator alami untuk mengendalikan kutu daun. Kepik merupakan salah satu predator alami bagi hama ini. Anda akan terkejut mengetahui bahwa kepik dewasa dapat makan hingga 1000 kutu daun dalam satu hari. Untuk mengatasi kutu daun, lepaskan kepik pada malam hari setelah menyiram tanaman terlebih dahulu. Metode ini umumnya mampu bekerja dengan baik, bahkan pada tanaman yang terserang parah sekalipun.
4.     Selain cara alami, kutu daun juga bisa dibasmi menggunakan insektisida. Untuk melakukan hal ini, campur satu sendok teh insektisida dengan satu liter air. Masukkan larutan ke dalam botol semprot dan semprotkan pada bagian yang terserang kutu daun. Untuk membasmi kutu daun yang menyerang akar, cabut dahulu tanaman dan rendam dalam larutan insektisida selama 2-3 menit. Sesudah itu tanaman bisa ditanam kembali. Pastikan tidak menyiram tanaman terlalu banyak selama seminggu ke depan untuk memastikan insektisida pada akar tidak terbilas. Untuk pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif Dimethoate, Alfametrin, Abamektin dan Sipermetrin secara penyemprotan terbataspada tunas-tunas yang terserang dan apabila serangan parah dapat dikendalikan dengan Imidaklopind yang diaplikasikan melalui saputan batang.

Sumber :
http://www.amazine.co/18237/tips-anti-hama-4-cara-membasmi-kutu-daun/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar